Kamis, 06 Februari 2014

Nasihat pak dosen

Hari ini adalah kedelapan kalinya saya mengisi KRS(Kartu  Recana Semester). Lagi-lagi saya masih mendapatkan nilai yang tidak memuaskan. Sudah 7 semester terakhir ini nilai saya hanya naik sangat sedikit.


Jika diruntun lagi apa masalahnya, tentu masalah terbesar saya adalah sulitnya untuk memulai belajar. Kebanyakan saya belajar jika hati sedang enak, alias mood sedang bagus. Jika mood sedang tidak baik, saya sering mengalihkan kegiatan belajar dengan kegiatan apapun, menonton, main game, atau tidur. Itulah kejelekan saya, yang niat awalnya adalah belajar 2 jam, yang terjadi malah belajar 5 menit, main 1 jam 55 menit.Atau para pembaca lainnya ada yang seperti saya? jika tidak, jangan dicontoh yaa..


Pagi ini setelah mengisi KRS, sayapun pergi mengunjungi salah satu dosen yang sangat saya kagumi. Maksud dan tujuan saya mengunjungi ruangannya adalah menanyakan tentang hasil dari ujian saya semester lalu. 


 Begini percakapannya :


B : Pak Dosen


S : Saya


Ketika masuk bapak tersebut pun bertanya,


B :” ya, ada apa?”, dan sayapun menjawab


S :  “ini pak, mau ngelihat hasil jawaban saya di ujian matakuliah bapak semester kemarin”.


Dengan ketawa yang sedikit mencemooh bapak terebutpun kembali menjawab


B : “ hahaha, emang kenapa? Kamu tidak puas dengan nilai yang saya berikan?”


S : “ bukan pak, saya hanya ingin melihat hasil jawaban saya, dimana letak kesalahannya”


Sayapun bertanya dengan harapan ada pencerahan atau sedikit saran dari bapak tersebut.Dan lagi-lagi bapak itupun tertawa


B :” hahaha, kok senangnya mencari kesalahan , kamu itu udah ngulang, masih aja nilainya begini”


Bussetttt, maksudnya apa coba nyari-nyari kesalahan? Dikira ane polisi lalu lintas apa yang sukanya nyari-nyari kesalahan biar slip tilang terpenuhi?


S : “ e..mmm iya pak, saya memang kurang belajar, makanya saya semester depan mau ngulang lagi.


B : “ kamu itu kok senengnya ngulang? Dirumah gak belajar apa? Kalau mau ngulang matakuliah saya ya mesti serius, kalau gak ya jangan diambil lagi”


S : “iya pak, terimakasih ya pak sarannya”


Padahal niatnya pengen dapet arahan apa gimana, malah diamarahin gitu. Dengan hati yang sedikit kesal, sayapun berlalu meninggalkan ruangan bapak tersebut.


Saat sesampainya di kos-kosan, sayapun istirahat sejenak dan memikirkan kembali maksud bapak tadi tentang ucapannya mengenai “kok senangnya cari kesalahan?”. Setelah berfikir ulang, saya baru mengerti, bapak tersebut ingin mengajarkan saya tentang kehidupan. Tentang bagaimana sifat asli manusia yang sukanya mencari-cari kesalahan. Bukannya mencari suatu kebenaran yang bisa diambil untuk memotifasi diri lebih giat lagi untuk benar.


Banyak sekarang mahasiswa datang ke kampus hanya untuk mencari nilai. Jika nilainya anjlok, maka iapun langsung mencari cara bagaimana nilai tersebut dapat menjadi lebih baik dengan cara-cara kotor dan picik.


Seharusnya, ketika ujian dan mendapat nilai yang tidak bagus, lebih baik instropeksi diri, “apa hal baik yang sudah saya lakukan untuk mengubah nilai saya menjadi lebih baik?” Bukan mempertanyakan “apa salah saya? Kok nilai saya tidak pernah bagus? Apa karena saya jarang belajar? Atau kurang giat ?”


Intinya, lebih baik mempertanyakan kepantasan tentang mendapatkan suatu nilai, ketimbang mencari-cari kesalahan pada saat setelah mengerjakan soal. Hal itu memang bermanfaat untuk mengurangi stress, tapi itu sama saja seperti membohongi dirimu sendiri.


"Seburuk-buruknya orang ialah orang yang suka bohong, yakni bohong terhadap dirinya sendiri"

0 komentar:

Posting Komentar