Kamis, 27 Maret 2014

Haruskah dengan kata-kata kasar???

     Mengingat dahulu saya sering menggunakan kata-kata kasar untuk mengomentari hal yang tidak saya suka, semakin hari saya juga semakin heran dengan teman-teman saya yang hobinya mengomentari sesuatu dengan kata-kata yang kasar pula. Apakah sebenarnya yang menyebabkan seseorang mengeluarkan kata-kata kasar hanya sekedar untuk mengomentari, atau mengingatkan tentang teman/ keadaan lingkungannya yang sedang salah?


     Terfikir oleh hal tersebut, saya jadi teringat dengan cerita Rasulullah mengenai cara beliau yang begitu halus untuk mengomentari hal yang tidak sesuai dengan fikirannya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.


    Belakangan saya juga baru mengerti bahwasanya mengingatkan seseorang dengan kata-kata kasar hanya membuat efek yang sebentar saja, tidak membekas dan meresap kepada orang yang sedang diingatkan. Kalaupun membekas, yang ada hanya rasa amarah dan kebencian karena mendapatkan kata-kata kasar yang diterimanya, meskipun kata-kata kasar tersebut mengandung nilai-nilai kebenaran.

Ada suatu percakapan aneh yang sering saya dengar jikalau berdebat mengenai hal ini.

Anggaplah nama bukan sebenarnya ini sebagai si Andi,Budi, dan Ani.

 

Ani : Bud, lu kenapa sih suka ngomentari status fesbuknya Andi dengan kata-kata kasar gitu?

Budi : Habisnya dia bego sih, lagian masa bikin status tentang sahnya merokok? Padahal kan MUI bilangnya kan……….. begini begitu nanana~~

Ani : Ya tapi kan lu bisa ngasih tau dia dengan cara yang lembut?

Budi : Orang kaya gitu ngapain dilembutin? Dikasarin aja otaknya ga jalan..

Ani : Tuh kan, baru aja gw bilangin, udah kasar lagi nih omongannya. Huhu ~~

Budi : Lah elu sih cewe, pakai perasaan, gitu aja dibilang kasar. Kalau sesama cowo mah biasa atuh neng..

Begitulah hal yang biasa kita lihat jikalau seseorang diajak berdebat mengenai menjaga omongan dengan penuh santun.

Bukankah lebih baik memberi Roti yang manis dengan penuh mises ketimbang memberi Roti yang dicampur dengan garam dan besok sudah expired? Memang keduanya sama-sama memberikan rasa kenyang kepada orang yang diberi, namun dampaknya beda. Yang satu memberikan kekenyangan dan kenikmatan, dan lainnya meskipun kenyang, mulut masih gak asik.


    “maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal” (QS Ali Imran : 159)


0 komentar:

Posting Komentar