Saya akan menceritakan mengenai adik saya yang sebentar lagi akan lulus dari bangku SMA
*Adik beneran loh, bukan adik adikan, hehehe
Beberapa hari yang lalu saya menelfon adik saya. Kami bercerita mengenai rencana studinya setelah ia lulus dari Sekolah Menengah Atas tahun ini. Kami bercerita tentang rencananya yang akan melanjutkan perjuangan bapak sebagai Polisi. Adik sayapun bertanya mengenai kiat-kiat untuk mempersiapkan diri memasuki angkatan kepolisian.
Meskipun saya tidak lulus dalam tes masuk perwira POLRI pada tahun 2010, namun saya telah mempersiapkan segala halnya. Mulai dari mempersiapkan fisik, akademis, dan mental. Namun sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan ikhtiar kepada ALLAH Subhanahuwataala. Meskipun saya gagal dalam tes tersebut, namun saya mendapat berbagai macam hikmah dan pelajaran. Pada saat itu saya gagal pada sesi kesehaan tahap pertama. Disaat diberitahukannya pengumuman bahwa saya gagal tersebut, saya langsung menanyakan kepada panitia perekrutan tentang letak salahnya saya. Apakah saya tidak sehat? Atau gimana?
Setelah bertanya, panitia yang juga anggota polisi tersebutpun menjabarkan bagian mana saja yang menyebabkan saya gagal dalam tes.Ternyata letak gagalnya saya lolos tes adalah pada fisik saya, yaitu bahu yang tidak simetris. Hal tersebut lantas mengubah nilai saya anjlok turun sehingga mendapat poin total nilai yang tidak sesuai kualifikasi. Pada form penilaian, total nilai yang saya raih adalah 58, sedangkan batas nilai total untuk diterima adalah 60. Sedikit mengecewakan bukan?
Yah meskipun begitu, saya dapat mengambil hikmahnya, bahwa setiap usaha yang kita lakukan pastilah ada manfaatnya. Didalam menuju kebaikan tidak ada yang namanya merugi. Baik rugi waktu, ataupun rugi tenaga. Saya sendiri yakin bahwa setiap usaha yang kita lakukan pasti mendapat ganjaran dari ALLAH Subhanahuwataala. Meskipun saya gagal, toh saya mendapat manfaat badan yang lebih bugar, lebih sehat, dan pemikiran yang lebih luas. Sebelumnya berat badan saya 75kg, namun setelah melakukan diet habis-habisan untuk masuk akademi, berat badan saya turun hingga 60 kg dalam waktu 3 bulan. Namun setelah masuk kuliah dan kurang punya waktu untuk menyempatkan olahraga, berat badan sayapun kembali lagi seperti semula, 75kg !! hehehehe.
Selain itu pula, pelajaran yang dapat saya ambil adalah saya lebih fokus untuk mempersiapkan kehidupan dibangku perkuliahan. 3 bulan sebelum UAN SMA, Alhamdulillah saya sudah diterima di Universitas Gadjah Mada, dengan mengambil jurusan Teknik Fisika. Disinilah kehidupan saya yang baru dimulai. Awalnya saya sempat ragu untuk mengambil jurusan ini, karena yang saya tahu selama 12 tahun mengemban pendidikan formal, saya tidak pernah mengerti dengan yang namanya FISIKA. Jika orang lain mengatakan bahwa FISIKA menakutkan, bagi saya fisika adalah sebuah dunia yang lain yang saya senangi. Meskipun nilai-nilai saya sangat jelek difisika, namun hati saya tenang jika memikirkan tentang fenomena-fenomena fisika. Disaat masuk jurusan ini, saya juga telah memprediksi bahwa saya akan sangat keteteran untuk mengikuti pelajaran tersebut. Hal tersebut dapat saya simpulkan karena melihat track record saya dalam belajar, saya memang lambat untuk memahaminya. Kalaupun faham, minggu depannya jika saya ditanya mengenai hal yang sama, pastilah saya akan lupa. Selain itu, kejelekan yang masih melekat dalam diri saya adalah saya sangat tidak suka mengulang ulang pelajaran yang telah dipelajari. Jika sudah merasa faham, sayapun tidak punya niat lagi untuk sekedar mengulang agar lebih faham.
Saya fikir itulah penyebab saya tidak pernah sukses dalam hal akademik. Semenjak saya Sekolah Dasar dulu, saya selalu berfikir dengan angkuh tentang “apasih gunanya belajar??”. Yang saya tahu teman-teman saya semenjak SD kerjaannya hanya menghafal dan mengerjakan soal, ketika saya tanyakan tentang hal yang berbeda dari soal yang diberikan(hanya diputar-putar) beliau tak bisa menjawabnya. Jadi semenjak itu saya tidak suka yang namanya belajar.
Namun setelah masuk dibangku kuliah sayapun menyesal telah mengambil kesimpulan seperti itu. Setelah duduk dibangku kuliah saya baru sadar akan pentingnya belajar. Disaat pertanyaan-pertanyaan dasar ditanyakan oleh dosen, sayapun tak bisa menjawabnya dengan benar. Hal tersebut dapat terjadi karena saya tidak pernah mengasah otak untuk berkecimpung didunia akademik.
Lalu kembali lagi ke awal cerita mengenai adik saya yang menanyakan tentang kelanjutan masa studinya. Saya hanya berpesan kepadanya, kepada para pembaca, dan juga ke saya sendiri bahwa pilihan hidupmu adalah pilihan hidupmu, tidak ada orang lain yang akan menginterfensi karena itu hidupmu. Yang bisa kau lakukan adalah terus berusaha keras, tidak pernah sombong, dan selalu yakin bahwa usahamu itu pasti ada manfaatnya. Jikalau gagal, yakinlah bahwa ada yang namanya keberhasilan. Hanya waktu dan konsistensi usahamu saja yang akan menjawab.